Kisah urban ini berasal dari negeri Afrika tepatnya Afrika Selatan. Dimana pada zaman dahulu kala hiduplah seorang wanita cantik namun manja dan egois bernama Eliza Meiring. Dia adalah putri sorang petani yang tinggalnya tidak jauh dari bukit Matroosberg yang terkenal dengan kebun anggurnya. Karena kecantikannya itulah banyak pria yang mencoba melamarnya untuk dijadikan istri. Namun sayang banyak diantara lelaki itu hanya mendapatkan penolakan olehnya.
Frans adalah nama seorang pria yang jatuh cinta padanya dan diapun jatuh cinta pada Frans. Namun karena kegoisan akan harga dirinya, dia meminta pria bernama Frans itu untuk mengambilkannya disa merah yang tumbuh di daerah kloofs di Matrossberg. Disa itu tidak tumbuh kecuali hanya di tempat tempat yang sangat sulit untuk dijangkau bahkan nyaris tidak mungkin untuk meraih dan memetik disa merah itu. Tetapi karena keteguhan akan janji pada wanita yang dicintainya itu membuat Frans rela dan bertekad untuk memetiknya dan memberikannya pada gadis pujaannya itu.
Akhirnya pria itu berhasil menemukan disa merah yang tumbuh di tebing curam yang basah dan berlumut. Akan tetapi karena memang sulitnya medan yang harus ia lalui sayangnya ketika ia berhasil memetik disa merah itu, diapun terpeleset dan jatuh ke dasar tebing. Seketika itu pula Ia menemui jalanya disana. Namun sebelum sampai ajalnya, Ia sempat menuliskan nama sang kekasihnya :Eliza 1868" pada sebongkah kayu. Pria bernama Frans itupun tewas dengan disa merah ditangannya.
Mendengar kisah itu, Eliza pun meratapi ke egoisannya. Hatinya diselimuti rasa bersalah karena telah mencelakakan pria yang dicintainya itu. Padahal seandainya dia tidak memberikan syarat disa merah itu, psti ia dan Frans bisa hidup bersama sekarang. Karena penyesalan yang sedemiakan mendalam akhirnya ia mengalami gangguan mental yang menyebabkan orang tuanya mengurunganya di sebuah ruangan. Tapi pada suatu kesempatan Eliza meloloskan diri dari ruangan itu dan pergi ketempat dimana Frans menemukan disa merah. Ia duduk di pinggiran tebing dengan mengenakan gaun tidurnya yang berwarna putih di bawah terang bulan sambil terus meratapi kesedihannya.
Rasa sedih yang sedemikian mendalam telah merasuk hingga ke dalam lubuk hatinya membuat dirinya tak lagi bisa bersikap normal sehingga batu tebing yang ia duduki patah dan membawanya jatuh ke dasar tebing seperti halnya Frans. Ia pun menemui ajalnya disana.
Konon katanya jika saat terang bulan ada seorang yang melewati tempat itu maka ia akan meliha Eliza dengan gaun tidur putihnya sedang menangis.
Eliza 1868
4/
5
Oleh
admin blog