Karena seringnya aku bergaul dengan orang-orang yang yang berada di kaki gunung sinabung, akhirnya kau menjadi bahagian dari mereka yaitu Ranger Sinabung. Dakian ke puncak sinabung bisa saya tempuh dalam waktu hanya dua jam saja. Mungkin karena terbiasa dan terjadwal sedemikian seringnya aku mendaki gunung sinabung itu jadinya seperti jalan pulang kerumah saja rasanya.
Aku juga sering bersama ranger lain menjadi pemandu bagi orang-orang yang ingin mendaki kepuncak sinabung. Biasanya orang yang baru pertama kali naik ke puncak yang menggunakan kami sebagai pemandu. Dan biasanya pun bagi yang sudah sering juga kami temani, karena keselamatan mereka adalah tanggung jawab kami selaku pemandu. Minimal pemandu ada dua orang, satu didepan sebagai pembuka jalan dan satu lagi dibelakang sebagai penjaga rombongan.
Saat itu, aku dihubungi oleh mahasiswa dari sebuah universitas swasta yang ada di medan. Mereka ingin melakukan pendakian ke puncak sinabung. tibalah mereka di kaki gunung sinabung tepatnya di sekitaran danau lau kawar. setelah melakukan pengecekan nama-nama rombongan, pemimpin rombongan dan peralatan kamipun bersiap berangkat. Kami putuskan berangkat malam hari agar bisa sampai dipuncak pagi harinya untuk melihat sun rise. Mengingat perjalanan bagi pemula bisa memakan waktu hingga empat jam perjalanan. Itupun belum dipotong seandainya ada masalah teknis selama perjalanan.
Baca Juga : Perjalanan Wisata yang tak terlupakan (1)
Singkat cerita, pukul 23.00 pun tiba dimana itu adalah jadwal yang kami sepakati untuk berangkat. Namun sayang temanku yang biasa mendampingiku belum datang. Karena waktu terus berjalan dan khawatir tidak samapai dipuncak pada saat yang di tentukan, akupun memaksa diri untuk memandu rombongan itu sendirian. Awalnya teman-teman yang ada di pos pemberangkatan menghalangiku, tapi aku bersi kukuh untuk terus lanjut dan akhirnya mereka membiarkanku breangkat bersama rombongan.
Awalnya semua berjalan normal, akupun seperti biasanya merasa sedang melakukan perjalanan sehari-hari, intinya aku sangat hapal sekali rute yang tengah aku tempuh. Beberapa jam melakukan pendakian, tiba-tiba ada badai yang menerpa sehingga perjalanan kami terganggu. Jalan berkabut tebal, angin kencang disertai hujan membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya.
Terlihat juga olehku anggota rombongan yang terdiri dari anak-anak yang sepertinya berasal dari keluarga kaya dan tidak pernah mengalami kesusahan seperti ini mulai panik. Adanya menjerit, ada yang menangis, ada pula yang marah-marah dan mulai menyalahkan orang lain karena keadaan ini.
Aku sendiri bukan tidak panik, hanya saja aku berusaha untuk tetap tenang, namun dalam hatiku seandainya ada temanku yang menemani pasti kondisi ini akan lebih mudah dihadapi. Aku mulai menyesali kesombonganku tadi sesaat sebelum berangkat.
Karena medan tidak memungkinkan untuk dilalui karena pandangan tertutup kabut dan kondisi jalanan licin, jadi kuputuskan untuk istirahat sambil menunggu badai reda. Sibuk aku menyiapkan tenda untuk mereka, membantu menyiapkan makanan dan minuman, termasuk juga menenagkan anggota rombongan yang menangis ingin pulang. Singkatnya kondisi malam itu gelap gulita karena beberapa orang kehilangan senternya saat terpeleset, terjatuh dan sebagainya.
Baca juga : Tujuh Kisah Seram tantang Danau Toba
Setelah keadaan sedikit lebih tenang, apa yang aku khawatirkan mulai terjadi. Diawali dari bau wangi yang mulai tercium, lalu bau anyir yang menusuk hidung, terakhir bau busuk menyengat tercium. Mulai ada suara-suara yang sebelumya tidak pernah kami dengar, lalu kelebatan bayangan mulai terlihat oleh beberapa anggota. Kembali kacau kondisi rombonganku tapi dengan sigap aku menginstruksikan agar semua berkumpul lalu membacakan ayat-ayat suci alquran agar kami tidak diganggu makhluk yang ada di hutan sinabung itu. Akan sangat repot jika ada yang kesurupan di gelapnya malam dan sunyinya hutan belantara ini. Lagi-lagi aku menyesali kesombonganku tadi. Tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur aku harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah menjadi keputusanku.
Kami duduk berkumpul bersama dan aku duduk di depan mereka sembari membacakan ayat-ayat alquran yang kami hapal bersama-sama. Dan saat itu entah kenapa di gelapnya malam itu terlihat jelas olehku sesosok makhluk hitam yang menyeramkan sedang menatap kearah kami sedang bertengger di dahan pohon besar. Matanya yang merah seperti sedang mengawasi kami. Aku tertunduk dan berdoa agar tidak ada hal buruk yang menimpa kami.
Singkat cerita, keadaan badai sudah reda dan kondisi sekitar mulai terang yang artinya pagi segera akan datang. Kami bersiap untuk turun karena keputusan malam itu kami tidak akan melanjutkan perjalanan ke puncak. Kami pun mulai turun setelah membereskan perlengkapan masing-masing.
Dan kali ini aku mengalami apa yang belum pernah kualami sebelumnya. Aku merasa asing di tempat itu seperti baru pertama kali aku berada di situ. Padahal seingatku tadi malam aku masih berada di jalur yang biasanya dan bermalam jalur yang memang biasa dilalui tiap pendaki yang ingin naik ke puncak.
Ini gawat.. kami tersesat!! pikirku dalam hati. Yang bisa kulakukan hanyalah mencoba untuk terlihat biasa agar rombongan tidak panik dan kacau. Aku kembali memandu jalan seolah-olah memang aku tahu jalannya. Padahal aku sama sekali tidak tahu dan hanya bermain dengan filling.
Setelah berjalan beberapa saat, aku putuskan untuk istirahat agar anggota tidak begitu lelah sebelum kembali melakukan perjalanan kembali. Padahal akau hanya mengulur waktu agar kam tidak tersesat terlalu jauh dan memberikan peluang untuk teman-temanku menemukan kami yang tengah tersesat ini. Aku berdoa mohon ampun atas kesombonganku kemarin dan memohon agar kami bisa pulang dengan selamat.
Setelah beristirahat cukup lama, akhirnya ada suara yang memanggil namaku. Ternyata teman-temanku telah menemukan kami. Alhamdulillah aku bersyukur dan rasanya ingin menangis. Ternyata aku dan rombongan dikabarkan hilang ditengah badai sehingga para ranger mulai menyisir hutan untuk mencari kami. dan kami ditemukan setelah pencarian selama berjam-jam oleh para ranger sinabung.
Dalam hati aku lantunkan puja puji atas kuasa Allah yang telah menyelamatkan kami. Lalu setelah kejadian tersebut akupun tak lagi berani untuk berlaku sombong seperti kemarin. Sungguh pembelajaran yang tidak akan pernah terlupakan olehku.
Tersesat saat pendakian ke gunung sinabung
4/
5
Oleh
admin blog